Apa Kabar Dunia

Mari Belajar bersama

Selasa, 01 Mei 2012

Manusia dalam Pandangan Akal & Hukum Serta Imkan (Kemungkinan)


Manusia secara akal teoritis memahami hakikat maujud-maujud (ALAM SEMESTA) sebagai suatu hakikat yang berpijak pada landasan penciptaan (di adakan) . Yakni maujud-maujud beserta fenomena-fenomena yang ada bersumber dari satu KHOLIQ yang wujudnya adalah wajib dan mempunyai sifat MUMKINAT.

AL-KHOLIQ (pencipta) itu Wajibul Wujud yang berdiri sendiri dan tidak butuh pada wujud-wujud selainnya (MAHLUQ) . dzatnya adalah MAHA SEGALANYA tanpa dicampuri kekurangan sedikitpun (murni kaya) dan Wujudnya alloh itu murni (WUJUDU AL-MAHDUN) tanpa di awali dan tanpa di akhiri apapun serta maha dzohir serta maha bathin , dan saluruh maujud-maujud selainnya adalah faqir (fana’ / tidak nyata) dihadapanNYA , bahkan eksistensi mereka semua adalah faqir itu sendiri,seperti sifat adam,khudus,fana’. apakah mungkin wujud mahluk itu menutupi Wujud yang maha kaya dan maha sempurna ???

pengertian tersebut dalam istilah theologi dan filsafat disebut wajibul-wujud, dan dalam istilah syari’ah islam dikenal dengan nama Allah Swt ….


Untuk membuktikan keberadaan eksistensi wajibul-wujud, dalam tulisan ini cukup membawakan satu argumen teologis dan filosofis yang dikenal dengan argumen “Imkan / kemungkinan dan Wujub / wajib ”, sebab tujuan tulisan ini bukan pada dimensi pembuktian eksistensi-Nya, tapi lebih mengacuh pada dimensi pengertian TAUHID wajibul-wujud…

sebelum saya lanjutkan tulisan ini AL-FAQIR terlebih dahulu ingin menjelaskan bahwa Al-Qur,an tidak pernah melarang umat manusia menggunakan akalnya. Bahkan, menganjurkan mereka menggunakan akalnya untuk mengkaji dalam menuju titik kebenaran haqiqi bukan malah terjebak pada penilaian aqal semata …..
Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh, Kami turunkan al-Qur,an dengan (berbahasa) Arab, agar kalian berpikir.”(QS.Yusuf.2). Banyak ayat-ayat senada lainnya yang diakhiri dengan kalimat afala ta’qilun, afala tatafakkarun, afala ta’lamun, atau afala yafqahun.”


Selain itu, al-Qur,an menganggap orang yang tidak menggunakan akalnya sebagai binatang, dengan ungkapan, “Mereka memiliki akal, tetapi mereka tidak memahami (berpikir).

Mereka mempunyai mata, tapi mereka tidak melihat, mereka mempunyai telinga, tetapi mereka tidak mendengar. Mereka bagaikan binatang. Mereka adalah orang-orang yang lengah.” (QS.al A,raf: 179).


Al-Qur’an sendiri menguji kebenaran dirinya kepada akal, “Tidakkah mereka merenungkan al-Qur’an. Sekiranya ia bukan dari Allah, pasti mereka mendapatkan perselisihan yang banyak didalamnya.”(QS.an-Nisa: 82)


Ayat di atas di tujukan kepada orang-orang yang meyakini wujud Allah, namun mereka masih ragu apakah al-Qur’an itu kalamulloh atau bukan.

Karena itulah Allah berfirman, “Sekiranya al-Qur’an itu bukan dari Allah, maka pasti mereka menemukan perselisihan yang banyak di dalamnya.”
Akan tetapi, karena tidak ditemukan perselisihan di dalamnya, berarti al-Qur,an itu benar-benar dari Allah & itu bisa menunjukkan pada kita untuk menuju jalan kembali setelah kehidupan di dunia ini.

Argumentasi yang dipakai al-Qur’an semacam ini, dalam istilah para ahli mantiq (logika), dinamakan Qiyas.
Jadi, akal dijadikan sebagai alat yang digunakan untuk mengetahui kebenaran dan kesalahan sebatas ruang lingkup diriNYA semata bukan untuk menilai / menghukumi yang lain ….


Tidak ada satupun “wujud mumkin” (possible existence) secara dzat adalah kesamaan. Yakni ketika akal mengkonsepsi peranannya sebagai petunjuk, maka akal melihat hubungannya terhadap “ WUJUD dan ADAM” (ada dan tidak ada) apa mungkin itu adalah kesamaan, dan jika tanpa keberadaanNYA apakah ADAM itu bersifat MUMKIN sebab jika ADAM itu ADA dan AL-HAQ itu ADA maka YANG ada itu dualisme YANG MENJADI SATU dan itu adalah kesalahan yang sangat NYATA di dalam TAUHID BILLAH ,karena Tidak satupun sesuatu yang wujud dapat mengADA tanpa di bekali sifat MA’ANINYA ALLOH

SIFAT MA’ANI AL-HAQ :

1- maha kuasa قدرة

2- maha ber kehendak ارادة

3- maha mengetahui علم

4- maha hidup حية

5- maha mendengar سمع

6- maha mengetahui بصر

7- maha berbicara كلام

Sifat ma’ani ini tidak akan berfungsi jika tidak bertautan langsung dengan sifat MA’NAWIYAH yang di letakkan pada wujud ADAM (mahluk)

1- قادرا

2- مريدا

3- عليما

4-حيا

5- سميعا

6- بصيرا

7- متكلما

Inilah jika akal manusia (ADAM) / mahluk itu tidak berwujud … semuanya itu hanyalah bayang” dari wujud alloh semata dan hanyalah alloh yang berperan pada diri manusia itu …. semuanya menempati taqdir dan kehendak masing-masing …. jika keadaan ADAM itu menutupi keadaan AL-HAQ maka selamanya dia tidak akan mengenal AL-HAQ baik di dunia ataupun di akhirat …

ومن كان في هذه الاعمي فهو في الاخرة اعمي وأضل سبيلا

barang siapa yang di dunia tidak mengenal alloh di akhirat pun tidak akan mengenalnya pula dan itulah haqiqat nya tersesat

kata hadzihi ITU meruju’ pada kata al-dunya … karena di belakangnya ada lafadz akhirot … sedang lawan kata dari akhirat itu hanyalah dunya (dunia) di sini secara aqal kita telaah dengan seksama kalolah ajaran rosululloh muhammad SAW itu masih terlalu dalam untuk di kaji dengan aqal … apakah kita akan selamanya bertaqlid pada petunjuk katanya … sedang kita tidak mau belajar memahami haqiqat fungsinya aqal itu ?

coba kita rasakan bagai mana kita mengenal sesuatu yang wajibul wujud sedang kita bersandar pada katanya pak kiyai / ustadz / syeih … apakah mungkin di dunia kita tidak mengenal AL-ILAHI nanti di akhirat akan mengenalinya …. sangatlah tidak mungkin saudaraku ,,,,

dalam istilah-istilah filsafat di sebutkan “Al-Asyaa u maa lam yajib lam yuujad” (sesuatu (alam / mahluq) selamanya tidak bisa di temukan wujudnya / wujudnya itu tidak wajib karena adanya di adakan /mumkinul wujud). Dengan kata lain wujud yang secara dzat wajib wujud, dengan sendirinya adalah AL-HAQ dan mumkin wujud yakni PETUNJUK AL-MAHLUK untuk mengenali pada dzat WAJIBUL WUJUD yang mengadakan Kita dan alam semesta beserta isi dan fungsinya

والله خلقكم وما تعملون

dan alloh itu yang menciptakan kita semuanya serta perkara yang kita kerjakan

di sini kita bisa muhasabah diri tentang anjuran Rosululloh SAW agar selalu LILLAH dalam beramal

ataupun beribadah bukan terjebak pada amal & ibadah mahluk untuk alloh …. sungguh ini adalah kesalahnan yang tidak di sadari oleh ummat islam selama ini …. ilmu di jadikan hijab & jalan untuk menjauhkan diri pada Alloh karena ketetapan dirinya bukan kembali pada ketetapan Alloh

mahluk itu Maujud yang bukan secara dzat memiliki sifat sendiri maka mahluk itu harus mendapatkan sifat dan pengenalan wujud-wujud lain. Yakni untuk menjadi sebab kesempurnaan AL-ILAH menjadikan wujud akibat, dimana wujud akibat ini adalah “ bil-ghair”( karena wujud lain)… SEDANG AL- ILAHI TIDAK BUTUH ITU SEMUA semoga ini bisa menjadi kajian dalam mencari haqiqat diri MAN ‘AROFA NAFSAHU FAQOD ‘AROFA ROBBAHU WAMAN ’AROFA ROBBAHU FAQOD DLO’IFA NAFSAHU

barang siapa mengenal akan dirinya maka dia kenal akan tuhannya barang siapa mengenal akan tuhannya maka dia benar-benar tidak ada (dloif) apes / fana’ MOHON MAAF JIKA ADA KEKURANGAN …. SEMOGA ALLOH SELALU MELIMPAHKAN HIDAYAH SERTA ROKHMADNYA PADA KITA SEMUA DALAM MENUJU & MELESTARIKAN AQIDAH ISLAMIYAH LILLAH ……………. BERSAMBUNG DENGAN EDISI YANG LAIN ,,,, SALAM AL-FAQIR

KOMENTAR FB