Lafadz
dalam bahasa arab, adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafadz adalah satu
nama yang diberikan pada rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg
mempunyai arti.
Jika lafadz tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak
dapat disebut sebagai lafadz.
Pembagian Lafadz
1. lafadz Mufrad (مفرد
)
Lafadz
mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafadzdan Mufrad. lafadz artinya
kata-kata, sedangkan Mufrad artinya satu kata.
Dalam istilah ilmu mantiq, lafadz
adalah kata-kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu
menunjuk kepada makna yang dikandungnya sendiri.
Berdasarkan bagian-bagian katanya lafadz mufrad terbagi :
Lafadz yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya
lafadz yang terdiri dari satu huruf.
Contoh;
Wa artinya dan (bahasa Arab).
U artinya kelapa (bahasa Aceh).
I
artinya air (bahasa Aceh).
Wa artinya dan (bahasa Arab)
Lafadz yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika
dipisahkan, bagian itu tidak mempunyai arti sama sekali.
Contoh : Huruf Sho
pada lafadz Shomadun (bahasa Arab).
Huruf Ba pada lafadz Baabun (bahasa Arab)
Lafadz yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian
itu mempunyai arti sendiri.
Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab
disebut Mudhaf dan Mudhaf ilaih.
Contohnya : عبد الله (Abdullah), هرير ابو
(Abu Hurairah) tidak diartikan bapak kucing, tetapi nama seseorang bernama Abu
Hurairah.
Lafadz yang mempunyai bagian-bagian yang masing masing
mempunyai arti sendiri.
Contoh : نَاطِق حَيَوَانٌ masing – masing kata ini mengandung arti
sendiri yaitu, tetapi yang dimaksudkan adalah satu yaitu Insan.
Pembagian Lafadz Mufrod
1. Isim ; adalah
lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu,
seperti: masjid, madrasah, rumah, gunung dan sebagainya.
2. Fi’il adalah
lafadz (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat dengan waktu.
Seperti : dzahaba =sudah pergi, Yadzvhabu = sedang pergi dll.
3. Adat adalah
(menurut ilmu Nahwu) = harf seperti Bi, Min, wa, ila dll.
Pembagian Isim
Dilihat
dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi ;
1. Kulli (isim
kulli) adalah lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan kepada
semua arti atau maknanya. Contoh : Ketika menyebutkan Nahr (sungai), maka semua
sungai terkena Nahr.
Ketika menyebut rumah, maka semua rumah terkena oleh kata
rumah tersebut.
2. Juz’i (isim
juz’i) adalah lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan kpd satu
bagian saja dari kesluruhan makna yg terkandung oleh lafadz kulli. Contoh ketika
menyebut Nahr maka semua sungai akan terkena nahr di dalamnya. tetapi ketika
menyebut Nahr Nil, maka kata ini akan berubah menjadi Juz’i, karena yg terkena
hanya satu bagian saja.
Pembagian Kulli dan Juz’i
Kulli dan
Juz’i dilihat dari pengertiannya :
Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan
(hukum) atas sesuatu secara menyeluruh.
Contoh : Orang kampung itu memindahkan
sebuah rumah. maksudnya bahwa smua orang kampung itu secara masing-masing
memindahkan seluruh isi rumah. Ada yang membawa piring, lemari dan lain-lain.
Kulliyat artinya menetapkan suatu
ketentuan atas sesuatu secara satu persatu.
Contoh : Orang kampung itu
memindahkan sebuah rumah. Maksudnya semua orang kampung itu (kulli) secara bersama-sama
memindahkan sebuah rumah, bukan bagian-bagiannya.
Juz’i dan Juz’iyat
Juz’i artinya menetapkan sesuatu
ketentuan (hukum) atas sebagian secara keseluruhan dari yg sebagian itu.
Contoh
: sebagian orang kampung itu mengangkat lemari besar dari sebuah gedung.
Maksudnya sebagian orang kampung secar bersama-sama mengangkat sebuah lemari
besar dari sebuah gedung.
Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu
ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-masing dari yg sebagian itu.
Contoh : sebagian orang kampung itu masing-masing memindahkan isi lemari besar
dari sebuah gedung. Maksudnya sebagian orang kampung secara bersama-sama
mengangkat sebuah lemari besar dari sebuah gedung.
Bagian Isim
Muhashal adalah lafadz mufrad yang
menunjuk kepada suatu benda yang ada atau suatu sifat yang ada.
Contoh : 1) Kota, sungai, neraka, surga. (suatu yang
ada) 2) Alot, dermawan, sombong. (sifat yang ada)
Ma’dul adalah Lafadz mufrad yang menunjuk
kepada ketidakadaan sesuatu atau ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal).
Contoh :
1) Bukan kota, bukan Jakarta, tidak neraka (ketidakadaan benda)
2)
Tidak pelit, tidak sombong, tidak jujur (ketidakadaan sifat)
‘Adami adalah lafadz mufrad yang menunjuk
kepada ketidakadaan sifat yang lazimnya ada.
Contoh :
1) Buta menunjuk kepada
pengertian tidak melihat, padahal melihat adalah suatu sifat yang lazimnya ada
pada manusia ataupun hewan .
2) Tuli menunjuk kepada pengertian tidak
mendengar, padahal mendengar adalah salah satu sifat yang lazimnya ada pada
hewan dan manusia.
2. Lafadz Murakkab (مركب)
Lafazh
murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafadz dan Murakkab. Lafadz artinya
kata-kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafadz murakkab
artinya kata-kata yang disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih
dari itu.
Pembagian Lafadz Murakkab
1. Lafadz
Murakkab Tam, adalah kata-kata yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa
sehingga memberi pengertian yang lengkap. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam
disebut kalimat efektif atau kalimat sempurna. Contoh :
• Alkis adalah penjaga terminal kota kediri.
• Ahmad adalah Bapak Guru MI Safinatun
Najah kota kediri
2. Lafadz Murakkab
Naqish, adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian efektif atau
sempurna (kalimat gantung).
Contoh :
Orang sombong itu
Seorang pemulung
Pujaan hati
Pembagian Murakab Tam
1. Murakkab Khabari, adalah murakkab tam yang isinya mungkin
benar dan mungkin juga salah (mengandung keraguan).
Contoh :
– Nanas itu sejenis buah-buahan
– Presiden AS datang ke Indonesia
2. Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin
benar dan tidak mungkin pula salah.
Contoh :
– Pergilah ke luar negeri untuk menambah
pengalaman (amr).
– Jangan lekas putus asa dalam menghadapi
lenyataan (nahyi).
– Apakah anda telah melaksanakan
kewajiban dengan baik (istifham).
Mafhum dan Mashadaq
Pengertian lafadz kulli selalu memberi
dua dilalah (petunjuk). Dilalah pertama menunjuk kepada konsep atau pengertian
dan dilalah kedua menunjuk kepada yang terkena atau yg dikenai konsep atau
pengertian tadi.
Lafadz insan,
misalnya, memberi dua dilalah.
Pertama, adalah dilalah konsep atau
pengertiannya,
yaitu bahwa insan adalah hayawanun natiq.
Dilalah yg pertama ini
dlm ilmu mantiq disebut mafhum.
Kedua dilalah kepada diri insan atau yg terkena
oleh lafadz insan,
yaitu manusia yg sudah milyaran di permukaan bumi.
Dilalah
(petunjuk) yg kedua ini dalam ilmu mantik disebut al mashadaq (benda yg ada dlm realita yg
dikenai lafadz).
Semakin betambah mafhum (konsep) lafadz
kulli semakin sedikit memberi al-mashadaqnya.
Sebaliknya, semakin sedikit
penambahan mafhum kepada lafadzkulli semakin banyak mashadaq-nya.
Perbandingan Antara Lafadz Kulli dengan Artinya;
1. Lafadz Mutawathi’.
adalah lafazh kulli yg mempunyai makna banyak atau mafhum-nya satu mashadaq-nya
banyak. Contoh : Insan, Hewan, tumbuh-tumbuhan
Lafadz
insan mempunyai makna : Hindun, Fathimah,Maimun, Malin, Agung, Karsum, Iyan,
dan lain-lainnya. Hakikat dari nama-nama itu sama dalam hal manusia.
Mereka
hanya berada dalam jenis dan sifat-sifat saja. Demikian juga lafadz hewan,
dapat mengandung arti kambing, unta, sapi, burung, dan lain-lain. Lafazh
tumbuh-tumbuhan dapat berupa sawi, kurma, anggur, wortel, kacang, dan lain-lain.
2. Lafadz Musyakkik,
adalah lafadz kuli yang kualitas artinya berbeda.
Artinya, lafadz musyakkik itu
satu, tetapi kualitasnya berbeda.
Contoh : Putih, tinggi, besar.
Lafadz
putih mempunyai arti bisa sangat putih, kurang putih, sedikit putih, atau putih
sedang. Lafadz tinggi bisa sangat tinggi, kurang tinggi, dan seterusnya.
Demikian juga halnya dengan lafadz besar, bisa sangat besar, kurang besar, dan
seterusnya.
3. Lafadz Mutabayyin
(sama dengan perbandingan tabayun) adalah dua lafadz yang bacaanya berbeda dan
artinya berlainan. Contoh :
– Insan, Ardh, sama’ (bahasa Arab :
manusia, binatang, langit)
– Kuda, kambing, rambutan, kelapa,
(bahasa Indonesia)
Lafadz-lafadz itu
memperlihatkan perbedaan dari segi mafhum dan mashadaq-nya. Dengan kata lain
lafazhnya berbeda dan artinya pun berlainan. Lafadz jenis ini adalah yang
terbanyak
4. Lafadz Muradif
(sama dengan perbandingan taraduf) adalah dua kata atau lebih lafadz yang
berbeda, tetapi mengandung arti sama. Contoh :
– Nar dengan Sa’ir (neraka)
– Jannah dengan ‘Addn (surga)
– Arloji dengan Jam Tangan
5. Lafazh Musytarak, adalah lafazh kulli yang mempunyai
lebih dari satu arti. Contoh :
– ‘Ain, nar, jannah (bahasa Arab)
– Lagu, saran, ribut (bahasa Indonesia )
‘Ain
(bahasa Arab) bisa mengandung arti mata dan mata air. Nar bisa mengandung arti
api dan neraka. Jannah bisa mengandung arti kebun dan syurga.
Lagu
(bahasa Indonesia) bisa mengandung arti ragam suara, nyanyi, tigkah laku.
Saran
(bahasa Indonesia)bisa mengandung arti pendapat, anjuran, propaganda.
Ribut
(bahasa Indonesia) bisa mengandung arti sibuk, gaduh, kencang.
PENGERTIAN TA’RIF
Secara lughawi berarti memperkenalkan,
memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu.
Dalam ilmu mantiq, ta’rif adalah teknik
menerangkan baik dengan tulisan maupun lisan, yang dengannya diperoleh
pemahaman yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan/diperkenalkan.
Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut
dapat diungkapkan dengan perbatasan atau difinisi.
Dalam ilmi mantiq, ta’rif berperan amat
besar, karena istidlal (penarikan kesimpulan) yang merupakan tujuannya yang
paling fundamental, tergantung amat erat kepada jelasnya ta’rif lafadz yang
dipakai untuk menyusun qadhiyah-qadhiyah (kalimat-kalimat) yang darinya ditarik
natijah (kesimpulan). Jika ta’rif lafadz tidak jelas, maka kesimpulan yang
dihasilkan mungkin sekali keliru atau salah.
Pembagian Ta’rif
1. Ta’rif Had,
adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz kulli jins dan fashl. Contoh :
Insan adalah hewan
yang berfikir.
Hewan adalah jins dan
berpikir adalah fashl bagi manusia.
Ta’rif had terbagi ke
dalam dua bagian :
a. Ta’rif had tam
adalah ta’rif dengan menggunakan lafazh jins qarib dan fashl. Contoh :
Insan
adalah hewan yang dapat berpikir. Hewan adalah jins qarib (dekat) kepada insan
karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Artinya, di bawah hewan tidak ada lagi lafazh
kulli yang terkategori jins, kecuali insan yang terkategori nau’. sedang dapat
berpikir adalh fashl.
b. Ta’rif had naqish
adalah ta’rif yang :
(1) menggunakan jins ba’id dan fashl, atau
(2) menggunakan
fashl qarib saja.
Contoh
(1) : Insan adalah jism (tubuh) yang dapat berfikir.
jism adalah jins ba’id bagi insan dan dapat berfikir adalah fashl baginya.
Contoh
(2)
: Insan adalah yang dapat berpikir (tanpa menyebutkan jins).
2. Ta’rif Rasm,
adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas.
Contoh : Insan adalah
hewan yang bisa tertawa. Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas
(sifat khusus) manusia.
Ta’rif
rasm terbagi ke dalam dua bagian
a. Ta’rif rasm tam
adalah ta’rif definisi yang menggunakan lafazh jins qarib dan fashl.
Contoh :
Insan adalah insan yang dapat tertawa. Hewan adalah jins qarib bagi insan.
Sedangkan tertawa adalah ‘irdhi khas baginya.
b. Ta’rif rasm
naqish adalah ta’rif yang menggunakan
(1) lafazh jins ba’id dengan ‘irdhi khas,
atau
(2) menggunakan lafazh ‘irdhi khas saja.
– Contoh (1): Insan adalah jisim yang
bisa ketawa.
– Contoh (2): Insan adalah yang ketawa
3. Ta’rif dengan
Lafadz, adalah ta’rif yang menggunakan lafazh lain yang sama artinya saja.
Contoh : Tepung adalah terigu Insan
adalah manusia
4. Ta’rif dengan
Mitsal, adalah ta’rif dengan memberikan contoh (mitsal).
Contoh : Lafadz kulli
adalah insan. Lafadz juz’i adalah seperti Muhammad, Karsum, Agung, Kosraman
Syarat-syarat Ta’rif
Ta’rif menjadi
benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi :
• Ta’rif harus jami’ mani’ : ta’rif
tidak boleh lebih umum atau lebih khusus dari yang dita’rifkan.
Contoh :
manusia adalah hewan yg dapat membaca
• Ta’rif harus lebih jelas dan mudah
diterima akal. Jadi ta’rif tidak boleh sama samarnya atau lebih samar dari yang
dita’rifkan. Contoh : Mertua adalah nenek dari anak isteri
• Ta’rif harus sama pengertiannya dengan
yang dita’rifkan.
• Ta’rif tidak boleh berputar-putar
(daur)
• Ta’rif tidak boleh memakai kata-kata
majaz (kiasan atau metaforik).
Contoh : Pahlawan adalah singa yang gugur.
Menta’rifi ulama dengan samudra.
• Tidak boleh mengandung lafadz yang
ghaib
• Tidak boleh menyalahi aturan bahasa
• Ta’rif tidak boleh menggunakan
kata-kata musytarak (mempunyai lebih dari satu arti).
Contoh : Arloji adalah
pukul yang dipakai di tangan .
Pukul dalam ta’rif tersebut mempunyai dua arti,
yaitu jam dan pukulan. Oleh karenanya, ta’rif itu tidak benar. Ia akan menjadi
benar jika disempurnakan dengan qarinah, yang memberi petunjuk kepada makna
yang dimaksudkan.
Contoh : Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan untuk
mengetahui waktu (pukul berapa sekarang ?).
BAROKALLOH 'ALAAKULLI 'ILMIN YU'LAMU BIFAHMIKA YAA HAQ