Apa Kabar Dunia

Mari Belajar bersama

Sabtu, 14 Juli 2012

KAJIAN TENTANG LAFADZ DALAM BAHASA ARAB

                                                                           
 Lafadz dalam bahasa arab, adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafadz adalah satu nama yang diberikan pada rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti.

Jika lafadz tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz.
Pembagian Lafadz

1. lafadz Mufrad (مفرد )

            Lafadz mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafadzdan Mufrad. lafadz artinya kata-kata, sedangkan Mufrad artinya satu kata.

Dalam istilah ilmu mantiq, lafadz adalah kata-kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya sendiri.    
   
Berdasarkan bagian-bagian katanya lafadz mufrad terbagi :

Lafadz yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafadz yang terdiri dari satu huruf. 

Contoh;

Wa artinya dan (bahasa Arab).
U artinya kelapa (bahasa Aceh).
I artinya air (bahasa Aceh).
Wa artinya dan (bahasa Arab)

Lafadz yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan, bagian itu tidak mempunyai arti sama sekali.

Contoh : Huruf Sho pada lafadz Shomadun (bahasa Arab).
Huruf Ba pada lafadz Baabun (bahasa Arab) 
Lafadz yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian itu mempunyai arti sendiri.

Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab disebut Mudhaf dan Mudhaf ilaih.

Contohnya : عبد الله (Abdullah), هرير  ابو (Abu Hurairah) tidak diartikan bapak kucing, tetapi nama seseorang bernama Abu Hurairah. 

Lafadz yang mempunyai bagian-bagian yang masing masing mempunyai arti sendiri. 
Contoh : نَاطِق حَيَوَانٌ  masing – masing kata ini mengandung arti sendiri yaitu, tetapi yang dimaksudkan adalah satu yaitu Insan.

Pembagian Lafadz Mufrod

1.      Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu, seperti: masjid, madrasah, rumah, gunung dan sebagainya. 

2.      Fi’il adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat dengan waktu. Seperti : dzahaba =sudah pergi, Yadzvhabu = sedang pergi dll. 

3.      Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = harf seperti Bi, Min, wa, ila dll.

Pembagian Isim

            Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi ;

1.      Kulli (isim kulli) adalah lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan kepada semua arti atau maknanya. Contoh : Ketika menyebutkan Nahr (sungai), maka semua sungai terkena Nahr.
Ketika menyebut rumah, maka semua rumah terkena oleh kata rumah tersebut. 

2.      Juz’i (isim juz’i) adalah lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan kpd satu bagian saja dari kesluruhan makna yg terkandung oleh lafadz kulli. Contoh ketika menyebut Nahr maka semua sungai akan terkena nahr di dalamnya. tetapi ketika menyebut Nahr Nil, maka kata ini akan berubah menjadi Juz’i, karena yg terkena hanya satu bagian saja.


Pembagian Kulli dan Juz’i

            Kulli dan Juz’i dilihat dari pengertiannya : 
    Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara menyeluruh.

Contoh : Orang kampung itu memindahkan sebuah rumah. maksudnya bahwa smua orang kampung itu secara masing-masing memindahkan seluruh isi rumah. Ada yang membawa piring, lemari dan lain-lain. 

 Kulliyat artinya menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara satu persatu.

Contoh : Orang kampung itu memindahkan sebuah rumah. Maksudnya semua orang kampung itu (kulli) secara bersama-sama memindahkan sebuah rumah, bukan bagian-bagiannya.

Juz’i dan Juz’iyat

   Juz’i artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara keseluruhan dari yg sebagian itu.

Contoh : sebagian orang kampung itu mengangkat lemari besar dari sebuah gedung. Maksudnya sebagian orang kampung secar bersama-sama mengangkat sebuah lemari besar dari sebuah gedung.

   Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-masing dari yg sebagian itu. Contoh : sebagian orang kampung itu masing-masing memindahkan isi lemari besar dari sebuah gedung. Maksudnya sebagian orang kampung secara bersama-sama mengangkat sebuah lemari besar dari sebuah gedung.

Bagian Isim

 Muhashal adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada suatu benda yang ada atau suatu sifat yang ada.

Contoh :  1) Kota, sungai, neraka, surga. (suatu yang ada) 2) Alot, dermawan, sombong. (sifat yang ada)

Ma’dul adalah Lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sesuatu atau ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal).

Contoh :

1) Bukan kota, bukan Jakarta, tidak neraka (ketidakadaan benda) 

2) Tidak pelit, tidak sombong, tidak jujur (ketidakadaan sifat)

    ‘Adami adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat yang lazimnya ada.

Contoh :
1) Buta menunjuk kepada pengertian tidak melihat, padahal melihat adalah suatu sifat yang lazimnya ada pada manusia ataupun hewan . 

2) Tuli menunjuk kepada pengertian tidak mendengar, padahal mendengar adalah salah satu sifat yang lazimnya ada pada hewan dan manusia.

2. Lafadz Murakkab (مركب)

            Lafazh murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafadz dan Murakkab. Lafadz artinya kata-kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafadz murakkab artinya kata-kata yang disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih dari itu.

Pembagian Lafadz Murakkab

1.      Lafadz Murakkab Tam, adalah kata-kata yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa sehingga memberi pengertian yang lengkap. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam disebut kalimat efektif atau kalimat sempurna. Contoh : 

         Alkis adalah penjaga terminal kota kediri.

         Ahmad adalah Bapak Guru MI Safinatun Najah kota kediri

2.  Lafadz Murakkab Naqish, adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian efektif atau sempurna (kalimat gantung).

Contoh : 

       Orang sombong itu
     Seorang pemulung
       Pujaan hati

Pembagian Murakab Tam

1. Murakkab Khabari, adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin juga salah (mengandung keraguan).

Contoh :

        Nanas itu sejenis buah-buahan
        Presiden AS datang ke Indonesia

2. Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak mungkin pula salah.

Contoh :

        Pergilah ke luar negeri untuk menambah pengalaman (amr).
        Jangan lekas putus asa dalam menghadapi lenyataan (nahyi).
        Apakah anda telah melaksanakan kewajiban dengan baik (istifham).

Mafhum dan Mashadaq

     Pengertian lafadz kulli selalu memberi dua dilalah (petunjuk). Dilalah pertama menunjuk kepada konsep atau pengertian dan dilalah kedua menunjuk kepada yang terkena atau yg dikenai konsep atau pengertian tadi.

 Lafadz insan, misalnya, memberi dua dilalah.

Pertama, adalah dilalah konsep atau pengertiannya,
yaitu bahwa insan adalah hayawanun natiq.
Dilalah yg pertama ini dlm ilmu mantiq disebut mafhum.

Kedua dilalah kepada diri insan atau yg terkena oleh lafadz insan,
yaitu manusia yg sudah milyaran di permukaan bumi.
Dilalah (petunjuk) yg kedua ini dalam ilmu mantik disebut al mashadaq (benda yg ada dlm realita yg dikenai lafadz).

   Semakin betambah mafhum (konsep) lafadz kulli semakin sedikit memberi al-mashadaqnya.
Sebaliknya, semakin sedikit penambahan mafhum kepada lafadzkulli semakin banyak mashadaq-nya.

Perbandingan Antara Lafadz Kulli dengan Artinya;

1.  Lafadz Mutawathi’. adalah lafazh kulli yg mempunyai makna banyak atau mafhum-nya satu mashadaq-nya banyak. Contoh : Insan, Hewan, tumbuh-tumbuhan

            Lafadz insan mempunyai makna : Hindun, Fathimah,Maimun, Malin, Agung, Karsum, Iyan, dan lain-lainnya. Hakikat dari nama-nama itu sama dalam hal manusia.

Mereka hanya berada dalam jenis dan sifat-sifat saja. Demikian juga lafadz hewan, dapat mengandung arti kambing, unta, sapi, burung, dan lain-lain. Lafazh tumbuh-tumbuhan dapat berupa sawi, kurma, anggur, wortel, kacang, dan lain-lain. 

2.  Lafadz Musyakkik, adalah lafadz kuli yang kualitas artinya berbeda. 
Artinya, lafadz musyakkik itu satu, tetapi kualitasnya berbeda.
Contoh : Putih, tinggi, besar.

            Lafadz putih mempunyai arti bisa sangat putih, kurang putih, sedikit putih, atau putih sedang. Lafadz tinggi bisa sangat tinggi, kurang tinggi, dan seterusnya. Demikian juga halnya dengan lafadz besar, bisa sangat besar, kurang besar, dan seterusnya.

3.  Lafadz Mutabayyin (sama dengan perbandingan tabayun) adalah dua lafadz yang bacaanya berbeda dan artinya berlainan. Contoh : 

        Insan, Ardh, sama’ (bahasa Arab : manusia, binatang, langit)

        Kuda, kambing, rambutan, kelapa, (bahasa Indonesia)

 Lafadz-lafadz itu memperlihatkan perbedaan dari segi mafhum dan mashadaq-nya. Dengan kata lain lafazhnya berbeda dan artinya pun berlainan. Lafadz jenis ini adalah yang terbanyak 

4.  Lafadz Muradif (sama dengan perbandingan taraduf) adalah dua kata atau lebih lafadz yang berbeda, tetapi mengandung arti sama. Contoh :

       Nar dengan Sa’ir (neraka)
        Jannah dengan ‘Addn (surga)
        Arloji dengan Jam Tangan

5. Lafazh Musytarak, adalah lafazh kulli yang mempunyai lebih dari satu arti. Contoh :

        ‘Ain, nar, jannah (bahasa Arab)
        Lagu, saran, ribut (bahasa Indonesia )

            ‘Ain (bahasa Arab) bisa mengandung arti mata dan mata air. Nar bisa mengandung arti api dan neraka. Jannah bisa mengandung arti kebun dan syurga.

            Lagu (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti ragam suara, nyanyi, tigkah laku.
            Saran (bahasa Indonesia)bisa mengandung arti pendapat, anjuran, propaganda.
            Ribut (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti sibuk, gaduh, kencang.

PENGERTIAN TA’RIF

  Secara lughawi berarti memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang mengenai sesuatu. 

     Dalam ilmu mantiq, ta’rif adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan maupun lisan, yang dengannya diperoleh pemahaman yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan/diperkenalkan. 

    Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan atau difinisi.

     Dalam ilmi mantiq, ta’rif berperan amat besar, karena istidlal (penarikan kesimpulan) yang merupakan tujuannya yang paling fundamental, tergantung amat erat kepada jelasnya ta’rif lafadz yang dipakai untuk menyusun qadhiyah-qadhiyah (kalimat-kalimat) yang darinya ditarik natijah (kesimpulan). Jika ta’rif lafadz tidak jelas, maka kesimpulan yang dihasilkan mungkin sekali keliru atau salah.

Pembagian Ta’rif

1.      Ta’rif Had, adalah ta’rif yang menggunakan rangkaian lafadz kulli jins dan fashl. Contoh :
 Insan adalah hewan yang berfikir.

 Hewan adalah jins dan berpikir adalah fashl bagi manusia.

 Ta’rif had terbagi ke dalam dua bagian :

a.    Ta’rif had tam adalah ta’rif dengan menggunakan lafazh jins qarib dan fashl. Contoh :

Insan adalah hewan yang dapat berpikir. Hewan adalah jins qarib (dekat) kepada insan karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Artinya, di bawah hewan tidak ada lagi lafazh kulli yang terkategori jins, kecuali insan yang terkategori nau’. sedang dapat berpikir adalh fashl. 

b.   Ta’rif had naqish adalah ta’rif yang :

(1) menggunakan jins ba’id dan fashl, atau
(2) menggunakan fashl qarib saja.

Contoh

(1) : Insan adalah jism (tubuh) yang dapat berfikir. jism adalah jins ba’id bagi insan dan dapat berfikir adalah fashl baginya.
            Contoh
(2) : Insan adalah yang dapat berpikir (tanpa menyebutkan jins).

2.      Ta’rif Rasm, adalah ta’rif yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas.

Contoh : Insan adalah hewan yang bisa tertawa. Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus) manusia. 

            Ta’rif rasm terbagi ke dalam dua bagian

a.    Ta’rif rasm tam adalah ta’rif definisi yang menggunakan lafazh jins qarib dan fashl.

Contoh :

Insan adalah insan yang dapat tertawa. Hewan adalah jins qarib bagi insan. Sedangkan tertawa adalah ‘irdhi khas baginya.

b.   Ta’rif rasm naqish adalah ta’rif yang menggunakan

(1) lafazh jins ba’id dengan ‘irdhi khas, atau

(2) menggunakan lafazh ‘irdhi khas saja. 

        Contoh (1): Insan adalah jisim yang bisa ketawa.
        Contoh (2): Insan adalah yang ketawa

3.      Ta’rif dengan Lafadz, adalah ta’rif yang menggunakan lafazh lain yang sama artinya saja. Contoh : Tepung adalah terigu  Insan adalah manusia

4.      Ta’rif dengan Mitsal, adalah ta’rif dengan memberikan contoh (mitsal).

Contoh : Lafadz kulli adalah insan. Lafadz juz’i adalah seperti Muhammad, Karsum, Agung, Kosraman
Syarat-syarat Ta’rif

            Ta’rif menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi :

         Ta’rif harus jami’ mani’ : ta’rif tidak boleh lebih umum atau lebih khusus dari yang dita’rifkan.

Contoh : manusia adalah hewan yg dapat membaca

         Ta’rif harus lebih jelas dan mudah diterima akal. Jadi ta’rif tidak boleh sama samarnya atau lebih samar dari yang dita’rifkan. Contoh : Mertua adalah nenek dari anak isteri

         Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan.

         Ta’rif tidak boleh berputar-putar (daur)

         Ta’rif tidak boleh memakai kata-kata majaz (kiasan atau metaforik).

Contoh : Pahlawan adalah singa yang gugur. Menta’rifi ulama dengan samudra.

         Tidak boleh mengandung lafadz yang ghaib
         Tidak boleh menyalahi aturan bahasa
         Ta’rif tidak boleh menggunakan kata-kata musytarak (mempunyai lebih dari satu arti).

Contoh : Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan . 

Pukul dalam ta’rif tersebut mempunyai dua arti, yaitu jam dan pukulan. Oleh karenanya, ta’rif itu tidak benar. Ia akan menjadi benar jika disempurnakan dengan qarinah, yang memberi petunjuk kepada makna yang dimaksudkan.

Contoh : Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan untuk mengetahui waktu (pukul berapa sekarang ?).

BAROKALLOH 'ALAAKULLI 'ILMIN YU'LAMU BIFAHMIKA YAA HAQ 

Tidak ada komentar:

KOMENTAR FB