Apa Kabar Dunia

Mari Belajar bersama

Sabtu, 14 Juli 2012

Keutamaan Ilmu dan Mempelajarinya


Keutamaan Ilmu dan Mempelajarinya, Rosululloh saw. telah menganjurkan kepada umatnya agar menuntut ilmu. Karena, dengan menuntut ilmu, seseorang yang tadinya bagaikan buta menjadi bagaikan melihat. Ia akan mengetahui.

Pada awal perjalanan, seseorang pengembara kerohanian membawa bersama-samanya sifat-sifat basyariah serta kesadaran terhadap dirinya dan alam nyata.

Dia dikawal oleh kehendak, pemikiran, cita-cita, angan-angan dan lain-lain. Anasir-anasir alam separti galian, tumbuh-tumbuhan dan hewan turut mempengaruhinya. Latihan kerohanian menghancurkan sifat-sifat yang keji dan memutuskan rantaian pengaruh anasir-anasir alam. 

Jika diperhatikan Kalam-kalam Hikmat yang lalu dapat dilihat bahwa hijab nafsu dan akal yang membungkus hati sehingga kebenaran tidak kelihatan. Akal yang ditutupi oleh kegelapan nafsu, yaitu akal yang tidak menerima pancaran nur, tunduk kepada perintah nafsu. Nafsu tidak pernah kenyang dan akal senantiasa ada jawaban dan alasan. Hujah akal menjadi benteng yang kukuh buat nafsu bersembunyi. Jangan memandang enteng kepada kekuatan nafsu dalam menguasai akal dan pancaindera.


Dengan menuntut ilmu, seseorang akan terbuka berbagai pemahaman yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Alangkah meruginya seandainya seseorang di dalam hidup di dunia ini tidak sampai menimba ilmu. Hidupnya bodoh dan kosong. Orang seperti ini sangat mudah diterpa arus zaman yang sangat dahsyat. Hidupnya terombang-ambing bagaikan buih di lautan.

Keutamaan Ilmu dan Mempelajarinya, Setiap hamba yang bercita-cita menuju kepada Alloh harus memiliki bekal ilmu. Jika ilmu tidakmenyertai seorang hamba yang mengadakan perjalanan sejak awal, tentu ia akan berjalan bukan pada jalan yang semestinya.

Perjalanannya akan terhalang dan tidak sampai ke tujuan, tidak mendapat bukti petunjuk dan keberuntungan, serta pintunya tertutup. Ini merupakan kesepakatan pendapat para syekh dan orang-orang yang memiliki makrifat. Tidak ada yang mencegah dari ilmu selain para perampok dan kaki tangan iblis. 

Oleh karena itu, setiap muslim seharusnya memiliki niat, tekad, dan keinginan yang bulat untuk menimba ilmu. Ilmu itu adalah bekal. Siapa yang tanpa ilmu, maka ia tanpa bekal. Siapa yang tanpa bekal, ia akan menderita. Siapa yang menderita, ia celaka. Siapa yang celaka, ia binasa. Tidak ada kata lain dalam hal menimba ilmu, kecuali penting dan wajib!

Dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu dan mempelajarinya banyak sekali. Di antarannya adalah sebagai berikut.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majelis', lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: 'Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

" (Al-Mujadalah: 11). 

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ

"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung), ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam, dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat, dan mengharapkan rahmat Rabb-nya?. Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui, dengan orang-orang yang tidak mengetahui'. Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran." 

"Katakanlah, 'Samakah orang-orang yang berilmu dan yang tidak berilmu'?"  

Rosululloh saw. bersabda, "Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Alloh, Dia akan memahamkannya tentang perkara agama." (HR Bukhari dan Muslim). 

Dan, sabdanya pula, "Barang siapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim). 

Kalimat "menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu" dalam hadis tersebut mengandung arti berjalan untuk menghadiri majelis para ulama dan juga menempuh jalan maknawi untuk mendapatkan ilmu seperti mengkajinya dan menghafalnya.

Kalimat "Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju surga" bisa berarti asw memudahkan baginya ilmu yang ia pelajari. Ia menempuh jalannya dan Dia memudahkan jalannya. Ilmu adalah jalan menuju surga. Ini seperti penuturan sebagian salaf, "Setiap orang yang menuntut ilmu itu akan ditolong." Kata tersebut bisa juga berarti jalan menuju surga pada hari kiamat, yaitu shirath, termasuk apa-apa yang terjadi sebelumnya, dan apa-apa yang terjadi sesudahnya. 

Selain itu, ilmu menunjukkan tentang Alloh SWT dari jalan yang paling dekat. Barang siapa menempuh jalan ilmu, ia akan sampai kepada Alloh SWT dan kepada surga dari jalan yang paling dekat. Ilmu juga menjadi penerang dalam gelapnya kejahiliyahan, keragu-raguan, dan ketidakjelasan.

Itulah sebabnya Alloh SWT menamai kitabnya dengan An-Nur (Cahaya).
Abdulloh bin Amru meriwayatkan bahwa Rosululloh saw. bersabda, "Sesungguhnya Alloh tidaklah mencabut ilmu langsung dari dada manusia. Tetapi Dia mencabutnya dengan mewafatkan para ulama. Maka, jika tidak ada lagi seorang alim pun, manusia akan mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pemimpin. Mereka ditanya (dimintai fatwa). Dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat lagi menyesatkan." (HR Bukhari dan Muslim). 

Ubadah bin Shamit ditanya tentang hadis ini, ia menjawab, "Aku beri tahukan kepada kalian, ilmu yang pertama kali dicabut dari manusia adalah khusyu."

Sehubungan dengan ucapan Ubadah bin Shamit ini, perlu diketahui bahwa ilmu itu ada dua. Pertama, ilmu yang buahnya ada di hati manusia. Yaitu, ilmu tentang Alloh SWT, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang menuntut rasa takut, pengagungan, kecintaan, roja', dan tawakal kepada-Nya. Ini adalah ilmu yang bermanfaat. 

Ibnu mas'ud berkata, "Sungguh, ada segolongan kaum yang membaca Alquran tetapi bacaan mereka tidak sampai ke tenggorokkann mereka. Andai saja bacaan itu masuk ke dalam hati, terhunjam ke dalamnya, pastilah ia bermanfaat."

Hasan al-Bashori berkata, "Ilmu itu ada dua: ilmu di lidah, yang akan menghujat anak adam, seperti tersebut dalam hadis, 'Alquran itu akan menjadi hujah bagimu atau menghujatmu.' Dan, ilmu di hati. Ilmu inilah yang bermanfaat. 

Ilmu yang pertama-tama dicabut adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu batin yang dapat memperbaiki dan meluruskan hati. Sisanya ilmu lisan yang orang-orang pun meremehkannya dan tidak mengamalkan hal-hal yang menjadi tuntutannya.

Lalu, ilmu ini pun hilang dengan kematian pemiliknya. Akhirnya, terjadilah kiamat ketika penduduk bumi menjadi sejahat-jahat makhluk."

Al-Junai bin Muhammad berkata, "Semua jalan tertutup bagi manusia selain orang yang mengikuti jejak Rosululloh saw." Dia juga berkata, "Mazhab kami terikat oleh dasar-dasar al-kitab (Alquran) dan sunah." 

As-Sary Berkata, "Tasawuf itu merupakan istilah untuk tiga makna: cahaya makrifat tidak memadamkan cahaya wara, tidak membicarakan suatu ilmu di dalam batin yang bertentangan dengan dzohir al-kitab, dan tidak membebaninya dengan karomah untuk mencabik selubung hal-hal yang diharamkan Alloh." 

Ahmad bin Abul Hawary berkata, "Siapa yang mengerjakan suatu amal tanpa mengikuti sunah, maka amalnya batil."

Abu Yazid berkata,"Pernah terlintas dalam hatiku untuk memohon kepada Alloh agar aku terbebas dari perhatian terhadap wanita. Namun, kemudian aku berkata sendiri, 'Bagaimana mungkin aku memohon hal seperti ini kepada Alloh, sementara Rosululloh tidak memohon hal yang sama?' Maka, aku pun tidak jadi memohon yang seperti itu. Kemudian, Alloh membuatku terbebas dari perhatian terhadan wanita, hingga aku tidak peduli apakah aku berhadapan dengan wanita ataukah dengan dinding." 

Dia juga berkata, "Jika kalian melihat seseorang yang diberi karomah, sehingga dia dapat terbang di angkasa, maka janganlah kalian terpedaya, hingga kalian tahu bagaimana orang itu menempatkan dirinya pada perintah dan larangan, menjaga hukum dan melaksanakan syariat." 

Abu Utsman an-Naisabury berkata, "Pergaulilah dengan Alloh ialah dengan mengutamakan adab, senantiasa takut,menghormati dan mengerti kalo diawasi. Pergaulan dengan Rosululloh saw. ialah dengan mengikuti sunah dan mengikuti dzohir ilmu.

Pergaulan dengan wali-wali (para kekasih) Alloh ialah dengan menghormati dan membantunya. Pergaulan dengan pakar ialah dengan akhlak yang baik. Pergaulan dengan saudara ialah senantiasa memasang muka berseri selagi bukan dalam hal-hal yang dosa. Pergaulan dengan orang-orang yang bodoh ialah dengan mendoakan dan mengasihi mereka." 

Abul Hasan an-Nawawy berkata,

"Jika kalian melihat seseorang yang mengaku memiliki keadaan tertentu bersama Alloh yang membuatnya keluar dari batasan ilmu, mak janganlah kalian dekat-dekat dengannya." 

Inilah pernyataan-pernyataan yang dinukil dari para pemuka golongan sufi. Mereka kelompok sufi yang mengikuti Alquran dan sunah. Dan banyak di antara mereka meremehkan ilmu dahir. Kita harus mewaspadai ucapan-ucapan orang yang kelihatan zuhud dan wara seperti orang-orang sufi, tetapi ucapan-ucapannya menunjukkan meremehkan ilmu, bahkan ada yang mengingkari ilmu dahir. 

Pendapat-pendapat mereka keluar dari sunah Rosululloh saw. Orang-orang seperti itu, meskipun samapai bisa terbang dan menghilang, haruslah kita waspadai, jangan terburu terkecoh dengan keilmuannya, karena setan juga mampu melakukan hal-hal yang demikian. Contoh ucapan mereka yang tidak sesuai dengan sunah Rosululloh saw. adalah seperti sebagai berikut.

Mereka ada yang berkata, "Ilmu itu merupakan penghalang antara hati dan Alloh." Ada juga yang mengatakan, "Kami mengambil ilmu kami dari Yang Maha Hidup dan tidak bisa mati, sedangkan kalian mengambil ilmu dari yang hidup namun " Ada juga yang mengatakan, "Jika engkau melihat orang sufi sibuk dengan pengabaran dan periwayatan hadis, maka segeralah cuci tanganmu." 

Siapa yang meninggalkan bukti petunjuk, maka jalannya akan sesat. Sementara, tidak ada bukti petunjuk kepada Alloh dan surga selain dari al-kitab (Alquran) dan sunah. Setiap jalan yang tidak disertai bukti petunjuk al-kitab (Alquran) dan sunah, maka itu adalah jalan menuju neraka Jahanam dan jalannya setan yang terkutuk. 

Ilmu adalah yang menjadi landasan bukti petunjuk dan yang bermanfaat dari ilmu adalah yang dibawa Rosulullooh saw. Ilmu lebih baik daripada keadaan. Ilmu merupakan penentu hukum dan keadaan yang diberi ketentuan hukum.

Ilmu adalah yang memerintah dan yang melarang, sedangkan keadaan yang menerima perintah dan larangan. Ilmu merupakan penentu yang membedakan antara keraguan dan yakin, penyimpangan dan kelurusan, petunjuk dan kesesatan. Alloh dapat diketahui dengan ilmu, lalu Dia disembah, diesakan, dipuji, dan diagungkan. Dengan ilmu, orang-orang yang berjalan bisa sampai kepada Alloh. 

Dengan ilmu bisa diketahui berbagai macam syariat dan hukum, bisa dibedakan antara yang halal dan yang haram. Ilmu merupakan pemimpin dan amal merupakan pengikut. Mengingat-ingat ilmu merupakan tasbih, mencarinya merupakan jihad dan takarub, mengerjakannya merupakan sedekah, mempelajarinya sama dengan pahala berpuasa dan mendirikan salat malam. Kebutuhan terhadap ilmu lebih besar daripada kebutuhan terhadap makan dan minum.

Imam Asy-Syafii berkata, "Mencari ilmu lebih utama daripada sholat nafilah." Pernyataan serupa juga dinyatakan Abu Hanifah

Tidak ada komentar:

KOMENTAR FB