Adakalanya seseorang yang sombong berlindung di balik topeng ke-tawadhu-an. Sepintas ia terlihat rendah hati. Padahal, hal itu dilakukan agar ia dianggap orang yang rendah hati sehingga merasa tawadhu.
Barang siapa yang merasa tawadhu', menurut Muhammad Ibnu ath-Tho'illah, maka berarti ia benar - benar sombong.
Sebab, tidak mungkin ia merasa tawadhu' kecuali kalau ia merasa besar/tinggi. Karena itu, kata Ibnu ath-Tho'illah, bila kita menetapkan bahwa diri kita besar/tinggi, maka kita sesungguhnya telah takabur.
Rosululloh SAW bersabda, "Sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain." Seorang Muslim yang tawadhu, bukanlah seorang Muslim yang bila bertawadhu lalu merasa bahwa ia telah mengalah atau merendahkan dirinya. Tetapi, seseorang yang tawadhu ialah yang bila berbuat sesuatu merasa dirinya belum layak mendapatkan kedudukan--tawadhu--itu.
ليس المتواضع الذي إذا تواضع رأى أنه فوق ما صنع )
( ولكن المتواضع الذي إذا تواضع رأى أنه دون ما صنع )
"Orang yang mempunyai sifat tawadlu' bukanlah orang yang, ketika dia melakukan tawadlu' maka dia merasa bahwa sifatnya mengungguli atas apa yang dilakukannya. Tetapi orang yang tawadlu' adalah, ketika dia tawadlu' maka dia merasa bahwa sifatnya lebih rendah dari perbuatan yang dilakukannya".
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلاَبِسِ ثَوْبَىْ زُورٍ ».
Artinya : Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda : "orang yang keyang dengan sesuatu yang tidak berhak untuk diberi itu seperti orang memakai dua pakaian kebohongan".
Karena itu, hindarilah sikap sombong yang tersembunyi. Saat kita berusaha tawadhu', berhati - hatilah agar perasaan bahwa kita sudah tawadhu' tidak muncul. Berlindunglah kepada Alloh Swt agar kita tidak diperdaya setan.
وأخرج أبو داود وبن أبي حاتم بسند قوي من حديث بن عباس أنه سئل عن الاستئذان في العورات الثلاث فقال ان الله ستير يحب الستر وكان الناس ليس لهم ستور على أبوابهم.
Dalam hadist ini Alloh subhanahu wata'ala tidak menyukai hambanya, ketika dia menyebutkan ‘aib-‘aibnya.
التواضع الحقيقي هو ما كان ناشئا )
عن شهود عظمته وتجلّى صفته )
" Tawadlu' yang hakiki adalah tawadlu' yang tumbuh dengan melihat keagungan Alloh, dan sifatNya "
Hati, ketika didalamnya mempunyai rasa mengagungkan Alloh, melihat tanda-tanda kebesaran Alloh yang menunjukan adanya sang pencipta maka dunia beserta isinya akan sirna dihadapannya dan tidak ingat dengan dirinya, tetapi dihadapannya hanyalah Alloh semata, ketika dia sudah sadar dari kefana'annya dan kembali kepada semula maka dia akan merasakan sifat kehambaannya kepada Alloh, dan dia juga meyakini bahwa macam-macam anugerah yang dimilikinya itu semua karena Alloh, begitu juga dengan amal-amal yang dilakukannya dia tidak melihat nya, hal ini akan mengakibatkan kepadanya mempunyai sifat rasa rendah diri dihadapan Alloh, sedangkan mempunyai sifat tersebut tidak akan mungkin terjadi kecuali dengan mempunyai sifat kehambaan kepadaNya.
Seorang muslim yang sudah menemukan dan merasakan nikmatnya beribadah kepada Alloh dengan istiqomah sampai pada derajat ma'rifat kepadaNya, sesungguhnya ketika dia melihat ibadah, perbuatan baik yang dilakukannya maka sesungguhnya dia sudah melakukan pekerjaan suluk kepada Alloh dan sudah menanamkan rasa kebahagiaaan dihari nanti.
Apabila Dia merasakan bahwa Ibadah dan pekerjaan yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh merupakan suatu beban yang sangat berat, maka dia akan merasakan kelemahan dan kelalaian dalam beribadah, dan jika sifat kehambaannya kepada Alloh terus bertambah maka akan tambah pula rasa mengagungkannya kepada Alloh dan menyaksikan kebesaranNya. Hal seperti inilah yang bisa menyebabkan fana' (tidak ingat pada dirinya kecuali Alloh).
Sebaik-baiknya derajat fana' ialah apabila dipandang dari segi sifat kehambaan dan rasa lemah pada dirinya ketika melaksanakan beberapa perintah Allah subhanahu wata'ala sedangkan dia bisa bangkit pada derajat tersebut dengan meminta pertolongan kapada Allah, karena dia merasa bahwa tidak ada kekuatan untuk meninggalkan maksiat dan melaksanakan beberapa perintah Allah kecuali pertolonganNya.
Sebelum kau terluka
Cobalah kau katakan
Apa benar kau kira inilah kutukan
Ku tak bisa percaya kalau kau tak merasa
Keindahan dunia jika disampingnya
Bedakan.....
sekarang kau merasa kau tak butuhkan dia
Tapi cobalah saja jika dia tak ada
Ada hal - hal yang hilang yang akan kau rasakan
Dan harumnya kenangan takkan bisa kau simpan
Bedakan....
Coba kau belai dia dengan segenap rasa
Dan rasakanlah cinta dengan penuh makna
yang namanya pecinta itu tidak mungkin untuk bisa lepas dari yang dicinta. harapan pecinta hanyalah pemberian dari yang dicinta.
Bila penolakan maka pecinta akan bergiat diri untuk memperoleh harapannya agar yang dicinta menyambut aksinya.
semakin besar daya cinta seseorang kepada yang dicinta, maka dirinya akan merasaan nikmat yang tidak mampu dirasa orang lain, dan dia tidak akan pernah peduli orang, selain yang dicintanya.
reaksi dari yang dicinta adalah suatu anugerah yang didamba pecinta apapun itu hasilnya.
Mampukah sang pecinta mewujudkan kecintaannya kepada yang dicinta?
sebesar apakah daya cintanya kepada yang dicinta?
sudahkah sang pecinta membuktikan cintanya kepada yang dicinta?
apakah yang telah diberikan pecinta kepada yang dicintanya?
siapkah sang pecinta menerima segala yang akan diberikan oleh yang dicinta?
manusia memang dicipta dengan daya cinta, sehingga mereka bahagia menjadi sebagai pecinta.
Sedangkan mereka menyadari sebagai pecinta, namun mereka selalu memimpi sebagai yang dicinta, yakni penguasaan dan tuntutan, sedangkan adalah hukum jiwa apabila yang dicinta adalah sebagai raja dan penguasa. sedangkan pecinta adaalah pelayan dan yang dikuasai dan ditaklukkan.
adakah penguasa takluk kepada yang dikuasai?
adakah yang ditaklukkan itu bisa menuntut yang menguasai?